Jumat, 08 Mei 2009

DISKUSI KAUM QADARI DAN SUNNI

DISKUSI KAUM QADARI DAN SUNNI

Ibnu al-Qayyim al-Jauziah telah memberikan deskripsi mengenai diskusi kaum qadari dan kaum sunni, dalam diskusi itu masing-masing memberikan argumen terhadap pandangannya, Deskripsi dua golongan yang di lakukan oleh ibnu al- Qayyim al-Jauziah ini pada akhirnya mengunggulkan kaum sunni, beriku ini kami kutib sebagian dari perbincangan tersebut :

Orang qadari berkata : Allah telah menyandarkan semua perbuatan kepada hambanya, dengan dua macam penyandaran, pertama penyandaran yang sifatnya umum, seperti disandarkannya semua perbuatan kepada manusia dengan kemampuan ( istito’ah ) sebagai mana di firmankan Allah dalam Al-Qur’an “ wa manlam yastatik minkum taulan anyankihal muhsonaatu mukminaatu”, dengan kehendak ( masyiah ) “ liman syaa’a minkum anyastakiima, dengan kemauan ( iradhah ) “ Fa’arattu an a’ibaha, dengan pekerjaan, perolehan ( kasab ), dan kemampuan untuk menciptakan ( as-Sun’u ) “ yaf’aluun, ya’maluun, bimaa kuntum taksibuun, labi’ samaa kaanuu yasna’uun “. Kedua penyandaran yang bersifat khusus seperti disandarkannya pekerjaan shalat, puasa, hajji, bersuci, berzina, mencuri, membunuh, berdusta, kafir, fasiq, dan penyandaran semua perbutatan-perbuatan lain kepada mereka sendiri, penyandaran ini mencegah dari menyandarkan perbuatan-perbatan itu kepada Allah SWT. tanpa mereka atau bersama mereka, jadi perbuatan-perbuatan itu hanya disandarkan kepada hamba (manusia ) tanpa Allah SWT.
Tanggapan orang sunni : Pernyataan anda ini bisa benar bisa salah, pernyataan anda mengenai penyandaran semua perbuatan itu kepada manusia adalah benar dan tidak ada keraguan tentang itu, akan tetapi mengenai pendapatmu yang mengatakan bahwa adanya penyandaran ini menghilangkan kepada penyandaran semua perbuatan kepada Allah SWT. pernyataan ini terlalu menggeneralisir dan kabur, jika yang di maksudkan adalah tercegahnya menyandarkan perbuatan itu kepada Allah, menyifati Allah dengan perbuatan tersebut, menjalankan hukum-hukum perbuatan itu kepada Allah, atau memuasalkan nama-nama dari perbuatan itu kepada Allah, itu adalah betul, dan itu berarti tidak adanya penyandaran sesuatu kepada Allah dari pandangan dan cara yang seperti ini. Jika dengan tidak adanya penyandaran itu engkau bermaksud menafikan terhadap bersandarnya semua perbuatan-perbuatan itu kepada pengetahuan Allah SWT., kekuasaan NYA, kehendak-NYA yang umum dan penciptaan-NYA itu adalah batal karena perbuatan-perbuatan itu berda dalm pengetahuan Allah SWT dan Tuhan berkuasa untuk menciptakannya oleh karena itu menyandarkan perbutan-perbuatan kepada manusia tidak bisa menafikan penyandaran ini seperti harta sesungguhnya harta itu di ciptakan oleh Allah SWT. dan Dia-lah pemilik yang sebenarnya akan tetapi harta itu disandarkan kepada manusia. Maka semua perbuatan dan semua harta adalah ciptaan dan milik Nya dan Allah SWT. yang maha suci menyandarkannya kepada hamba-hambanya, dan Allahlah yang menjadikannya, pemiliknya dan pelakunya dan di hasilkannya harta-harta sebab usaha mereka dan kehendak mereka seperti di hasilkanya beberapa perbuatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar