Jumat, 08 Mei 2009

Uzlah

UZLAH

Sebagian ulama’ berpendapat bahwasanya uzlah ( hidup menyendiri ) itu lebih di senangi dan lebih utama daripada mukhalatoh ( hidup secara sosial ) . Sementara tabi’in lebih cenderung terhadap pola hidup sosial berdasarkan sebuah hadits nabi bahwasanya kesabaran dalam menghadapi tantangan dalam hidup bersosial adalah lebih utama dari pada beribadah.

Faedah Uzlah
Terlepas dari perbedaan ulama’ mengenai uzlah, uzlah sendiri memiliki beberapa faedah yang mendorong manusia untuk selalu konsentrasi secara vertikal. Diantara faedah tersebut adalah :
Memungkinkan manusia tekun dan taat

Mengasingkan diri dari hiruk pikuk dunia akan membuat seseorang lebih fokus untuk beribadah, berfikir, memupuk kesenangan akan Allah, memohon keselamatan dan merenungi rahasia alam raya. Menyendiri dengan menyenangi kitab Allah dan berpegang teguh terhadapnya menjadikan hidup di dunia sangat bermakna, berdzikir kepada Allah, hidup dengan dzikir matipun hanya dengan berdzikir kepada Allah. Bertaqwalah kamu semua kepada Allah dengan senantiasa berdzikir kepada Nya.


Memberikan ruang untuk belajar
Membebaskan manusia dari melanggar larangan yang biasa tumbuh dalam kehidupan sosial, seperti riya’, ghibah dan tidak menyerukan kebajikan serta mencegah kejahatan.

Memilih secara mutlak antara uzlah ( hidup menyendiri ) atau mukhalatoh ( hidup bersosial )1 adalah hal yang mustahil, sikap moderat merupakan pilihan ynang paling tepat dan utama, berjiwa besar dan optimis dalam menghadapi tantangan-tantangan dan gejolak sosial memungkinkan kita untuk memperoleh faidah-faidah dalam kehidupan sosial. Bersikap proporsional, tidang memandang remeh/menyepelekan terhadap hal/sesuatu yang sederhana sehingga kita tetap memperoleh faidah uzlah.

Beruzlah, menyingkir dari kejelekan manusia dan melewati waktu dengan berdzikir kepada Allah saja, jangan terjebak oleh angan-angan karena akan membuat kita tenggelam daam lautan hayalan. Uzlah adalah jihad akbar, perang melawan hawa nafsu seperti yang di katakan oleh sahabat, kita kembali dari prang kecil ( konfrontasi fisik ) menuju perang besar ( konfrontasi dengan hawa nafsu ). Allah maha tahu dan kepadaNyalah kita akan kembali.

1.Fudlail mengutip jawaban Rasulullah atas pertanyaan Ibnu Amir al Juhniy. Bagaimana memperoleh keberuntungan ? Rasulullah menjawab. Luaskan rumahmu, jangan bicara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar